Kemerdekaan

05:42 Faris Budi 0 Comments


Hari Kemerdekaan
Indonesia adalah negara yang dianugerahi oleh Allah sebuah negeri yang kaya dan melimpah sumberdaya alamnya. Oleh karena itu, Indonesia menjadi rebutan bagi bangsa-bangsa asing untuk mengeruk keuntungan yang besar. Saat ini, Indonesia juga memiliki jumlah penduduk terbesar ke 4 di dunia, juga menjadi pasar rebutan bagi pembuat produk-produk massal di dunia. Lantas, bagaimana kita menyikapinya?
Kemerdekaan adalah jembatan, kemerdekaan bukanlah tujuan. Itulah uztad di masjid At Taufiq, Cimanggu, Bogor sampaikan dalam kajian ba’da subuh. Tema minggu ini adalah tentang Kemerdekaan. Kemerdekaan, sejatinya diisi dengan rasa syukur kepada Allah, atas nikmat yang diberikan oleh bagsa Indonesia.
17 Agustus 1945, bertepatan dengan 17 Ramadhan, bahkan Al Quran juga diturunkan oleh Allah SWT di dunia ini juga pada tanggal 17 Ramadhan. Isi pembukaan undang-undang negara kita juga menunjukkan bahwa pejuang2 jaman dulu adalah para uztad, para santri, dengan menyadari kemerdekaan merupakan berkah dari Allah SWT.
Cara terbaik kita untuk mengisi kemerdekaan adalah dengan mensyukurinya, dengan cara membantu orang lain yang masih belum beruntung, menyantuni anak-anak yatim dan kaum dhuafa. Bukan dengan acara2 yang menimbulkan maksiat, bahkan cenderung kufur nikmat. Allah berpesan jelas dalam firmannya, bahwa barang siapa syukur akan ditambah nikmat, dan barang siapa kufur maka azab Allah pedih. Mungkin negeri ini kurang bersyukur, sehingga sampai saat ini, negara kita masih belum merdeka secara ekonomi, belum merdeka secara ideologi, dan belum merdeka secara sosial. Tekanan-tekanan asing yang selalu muncul, kerena lemahnya kekuatan bangsa ini dan rapuhnya pondasi-pondasi dasar negara ini.
Alhamdulillah, berkumpul dengan para uztad memang menjadi nikmat yang luar biasa, kita bisa mendapatkan energi islam, kita mendapatkan pancaran energi iman yang luar biasa. Tetapi terkadang saya juga merasa resah karena, nikmat ini banyak dirasakan oleh saudara kita yang sudah kuat secara ekonomi, saya selalu membayangkan saudara kita yang lemah, kenapa mereka juga lemah dalam imannya, lemah dalam pendidikan nya, dan mereka juga memelihara kelemahan itu dengan tidak menyukuri nikmat, dengan tidak beribadah secara baik kepada Allah SWT. Mau sampai kapan mereka akan sperti itu?
Peranan negara memang penting, oleh karena itu sdm2 kunci di negara ini harus diisi oleh umat islam yang shaleh dan shalihah. Umat islam harus mau menjadi kepala RT, Ketua RW, Polisi, Tentara, dan PNS, birokrat, dan pengusaha. Umat-umat terbaik ini harus mau dan mampu merebut kembali bangsa ini agar berjalan pada garis yang lurus. Garis yang memang di ridhoinya.
Pada banyak sesi, ustad juga menyampaikan tentang “Kematian”. Ya, bahwa kematian selalu mengintai kita. Oleh karena itu kita harus bersungguh2 mempersiapkan kematian itu. Pada saat muda, Kita pasti akan bekerja keras, untuk menyiapkan agar di masa tua, kita dapat menikmati hidup enak (harapan). Namun, apakah kita juga menyiapkan dengan sungguh2 bekal kita di akhirat, karena justru yang paling dekat dengan kita adalah kematian. Setelah kematian, seluruh amal kita akan di hisab, dan hisab inilah yang menentukan bahwa kita akan menikmati masa akhirat dengan penuh nikmat atau akan masuk neraka.
Merupakan fitrah, jika kita selalu memikirkan ini, kerena kematian adalah pasti, dan hal yang paling dekat dengan kehidupan kita, Allah SWT juga berfirman bahwa di tempat manapun, di gedung serapat apapun, kematian pasti akan terjadi di dalam diri kita. Tidak mengenal umur, kekayaan, dan kesehatan. Siapapun pasti meninggal, oleh karena itu pilihannya hanya dua yaitu Hidup Mulia atau Mati syahid.
Semoga Pahlawan-Pahlawan yang memperjuangkan negeri ini, diberikan tempat yang terbaik oleh Allah dan diterima seluruh amalnya ketika di dunia..
Dirgahayu Indonesiaku, Esok pasti Merah putih akan berkibar bangga di hadapan ibu pertiwi.




0 comments: