Kemerdekaan
Hari Kemerdekaan
Indonesia adalah negara yang
dianugerahi oleh Allah sebuah negeri yang kaya dan melimpah sumberdaya alamnya.
Oleh karena itu, Indonesia menjadi rebutan bagi bangsa-bangsa asing untuk
mengeruk keuntungan yang besar. Saat ini, Indonesia juga memiliki jumlah
penduduk terbesar ke 4 di dunia, juga menjadi pasar rebutan bagi pembuat
produk-produk massal di dunia. Lantas, bagaimana kita menyikapinya?
Kemerdekaan adalah jembatan,
kemerdekaan bukanlah tujuan. Itulah uztad di masjid At Taufiq, Cimanggu, Bogor
sampaikan dalam kajian ba’da subuh. Tema minggu ini adalah tentang Kemerdekaan.
Kemerdekaan, sejatinya diisi dengan rasa syukur kepada Allah, atas nikmat yang
diberikan oleh bagsa Indonesia.
17 Agustus 1945, bertepatan
dengan 17 Ramadhan, bahkan Al Quran juga diturunkan oleh Allah SWT di dunia ini
juga pada tanggal 17 Ramadhan. Isi pembukaan undang-undang negara kita juga
menunjukkan bahwa pejuang2 jaman dulu adalah para uztad, para santri, dengan
menyadari kemerdekaan merupakan berkah dari Allah SWT.
Cara terbaik kita untuk mengisi
kemerdekaan adalah dengan mensyukurinya, dengan cara membantu orang lain yang
masih belum beruntung, menyantuni anak-anak yatim dan kaum dhuafa. Bukan dengan
acara2 yang menimbulkan maksiat, bahkan cenderung kufur nikmat. Allah berpesan
jelas dalam firmannya, bahwa barang siapa syukur akan ditambah nikmat, dan
barang siapa kufur maka azab Allah pedih. Mungkin negeri ini kurang bersyukur,
sehingga sampai saat ini, negara kita masih belum merdeka secara ekonomi, belum
merdeka secara ideologi, dan belum merdeka secara sosial. Tekanan-tekanan asing
yang selalu muncul, kerena lemahnya kekuatan bangsa ini dan rapuhnya
pondasi-pondasi dasar negara ini.
Alhamdulillah, berkumpul dengan
para uztad memang menjadi nikmat yang luar biasa, kita bisa mendapatkan energi
islam, kita mendapatkan pancaran energi iman yang luar biasa. Tetapi terkadang
saya juga merasa resah karena, nikmat ini banyak dirasakan oleh saudara kita
yang sudah kuat secara ekonomi, saya selalu membayangkan saudara kita yang
lemah, kenapa mereka juga lemah dalam imannya, lemah dalam pendidikan nya, dan
mereka juga memelihara kelemahan itu dengan tidak menyukuri nikmat, dengan tidak
beribadah secara baik kepada Allah SWT. Mau sampai kapan mereka akan sperti
itu?
Peranan negara memang penting,
oleh karena itu sdm2 kunci di negara ini harus diisi oleh umat islam yang
shaleh dan shalihah. Umat islam harus mau menjadi kepala RT, Ketua RW, Polisi,
Tentara, dan PNS, birokrat, dan pengusaha. Umat-umat terbaik ini harus mau dan
mampu merebut kembali bangsa ini agar berjalan pada garis yang lurus. Garis
yang memang di ridhoinya.
Pada banyak sesi, ustad juga
menyampaikan tentang “Kematian”. Ya, bahwa kematian selalu mengintai kita. Oleh
karena itu kita harus bersungguh2 mempersiapkan kematian itu. Pada saat muda, Kita
pasti akan bekerja keras, untuk menyiapkan agar di masa tua, kita dapat menikmati
hidup enak (harapan). Namun, apakah kita juga menyiapkan dengan sungguh2 bekal
kita di akhirat, karena justru yang paling dekat dengan kita adalah kematian. Setelah
kematian, seluruh amal kita akan di hisab, dan hisab inilah yang menentukan
bahwa kita akan menikmati masa akhirat dengan penuh nikmat atau akan masuk
neraka.
Merupakan fitrah, jika kita
selalu memikirkan ini, kerena kematian adalah pasti, dan hal yang paling dekat
dengan kehidupan kita, Allah SWT juga berfirman bahwa di tempat manapun, di
gedung serapat apapun, kematian pasti akan terjadi di dalam diri kita. Tidak
mengenal umur, kekayaan, dan kesehatan. Siapapun pasti meninggal, oleh karena
itu pilihannya hanya dua yaitu Hidup Mulia atau Mati syahid.
Semoga Pahlawan-Pahlawan yang
memperjuangkan negeri ini, diberikan tempat yang terbaik oleh Allah dan
diterima seluruh amalnya ketika di dunia..
Dirgahayu Indonesiaku, Esok pasti
Merah putih akan berkibar bangga di hadapan ibu pertiwi.
0 comments: