Oleh-oleh dari Food Security Summit: Asia 2014
Merupakan sebuah kesempatan langka
untuk dapat berpartisipasi dalam konferensi Internasional Food Security Summit:
Asia 2014 yang diselenggarakan oleh AID
& International Development Forum pada tanggal 8-9 Oktober 2014 di
Hotel Ambhara, Jakarta. Saya hadir untuk mewakili Yayasan Bina Desa Indonesia
bersama 4 orang rekan perjuangan saya di Yayasan ini. Senang bisa bergaul di
dunia International mewakili sebuah NGO yang bergerak dibidang pemberdayaan SDM
Muda di Bidang pertanian dan Pembangunan Desa.
Lalu ada apa dalam
acara tersebut?
Konferensi ini berisi paparan makalah
dari berbagai latar belakang ilmu mengenai produksi pertanian dan nutrisi yang
disampaikan dalam bentuk panel-panel diskusi dari berbagai latar belakang,
akademisi, praktisi, pemerintahan, dan aktifis. Ketika kita berbicara mengenai
ketahanan pangan, (Food Security) maka
akan ada 2 pembahasan yang dibahas, yaitu: 1) Produksi Makanan dan 2) Nutrisi Makanan.
Pada kesempatan itu, saya berada di forum Produksi Makanan yang banyak tercipta
oleh kegiatan pertanian.
Food Production
di lantai 3 membahas mengenai isu global tentang Perubahan Iklim, Kelangkaan
Sumberdaya, dan Pertambahan Penduduk. Ketiga isu besar tersebut tentu akan
mempengaruhi perkembangan produksi makanan di dunia. How feed the world? Di
tahun 2050 penduduk dunia mencapai 10 Milyar jiwa sementara faktor-faktor
produksi pertanian semakin langka. Kekhawatiran seperti ini sebenarnya sudah
pernah terjadi ketika Malthus memprediksi bahwa ledakan penduduk seperti deret
ukur sementara produksi makanan seperti deret hitung, namun hingga saat ini
ternyata prediksi tersebut tidak terbukti dengan baik.
Dalam Al Quran, Allah telah menjamin rezeki
setiap makhluknya bahkan sampai burung dan binatang melata sekalipun. Selama
dunia ini masih ada, insyaAllah kekhawatiran ini tidak usah dirisaukan,
orang-orang luar negeri khawatir karena mereka tidak memiliki pengetahuan iman
yang cukup. Karena sebagian besar bukan beragama islam, namun bagi orang islam
cukuplah kita bertakwa dan berusaha sebaik-baiknya untuk tetap dekat Allah,
Insya Allah rezeki kita sudah dicukupi oleh Allah SWT.
Menarik juga dalam konferensi
tersebut disebutkan makanan-makanan alternatif untuk mencukupi kebutuhan
nutrisi, yaitu salah satunya belalang. Mengenai hal ini, Allah pun sudah jelas
menyampaikan dalam Al Quran, dua bangkai binatang yang masih halal dimakan adalah
ikan dan belalang oleh karena itu, konferensi-konferensi seperti ini tentu akan
semakin menguatkan iman kita terhadap apa yang sudah difirmankan Allah dalam Al
Quran. Kerusakan bumi dan wabah-wabah penyakit yang datang di dunia ini tidak
lain dan tidak bukan, adalah bagian dari ulah manusia itu sendiri yang rakus dan
tamak dalam memandang dunia. Na’udzubillah hi mindzaliq.
Lantas bagaimana kita
menyikapinya?
Ya informasi dan paparan paper ilmiah
tersebut cukuplah menjadi kewaspadaan kita. Kita harus terus berupaya
menghadapi dan menjawab tantangan tersebut, karena Allah sudah menjanjikan pula
untuk merubah nasib suatu kaum, jika kaum tersebut berusaha untuk merubahnya. Seperti yang sudah dilakukan oleh Filiphina,
Malaysia, New Zealand, Australia, Thailand, dan Jepang merupakan contoh-contoh
kesuksesan dalam bidang pertanian yang patut menjadi teladan bagi kita sebagai
ummat yang seharusnya lebih tahu dan lebih paham akan perintah Allah untuk
memakmurkan bumi dan isinya.
Indonesia sebagai tuan rumah dalam
konferensi tersebut, tidak banyak bisa berbuat dan berbicara lebih. Kualitas
materi dan presentasi dari sebagian pemateri yang disampaikan oleh kementrian
pertanian, ataupun aktifis pertanian nasional membuat hati miris. Ketika negara-negara
lain sudah menunjukkan kesuksesan dan keberhasilan dalam pertanian, Indonesia masih
bergelut dalam isu-isu konflik kebijakan, konversi lahan, infrastruktur, inefisiensi
distribusi dan minat SDM muda yang rendah di dunia pertanian.
Saya pribadi harus menyadari, bahwa
terhadap isu ini belum bisa berbuat banyak. Berpendapat dan berkomentar memang
sangatlah mudah, namun untuk bertindak memang perlu kapasitas dan komitmen yang
tinggi dan konsisten. Oleh karena itu, melalui Yayasan Bina Desa Indonesia dalam wadah gerakan Indonesia Bangun Desa saya mencoba
berpartisipasi untuk membangun SDM Muda agar kembali tertarik di bidang
pertanian dan kembali ke desa untuk membangun pertanian di desanya. Insya Allah
dalam 5 tahun kedepan akan tercipta kader-kader inti pertanian yang mampu
menerapkan teknologi dan menciptakan nilai tambah di dunia pertanian di
Indonesia. Hingga terwujudnya negeri yang diberkahi, yaitu negeri yang dikanan
kirinya ada kebun, dan penduduk negeri itu makan dan minum dari hasil kebun-kebun
tersebut. Aamiin
Salam Agropreneur...
0 comments: