Masinis

14:33 Faris Budi 0 Comments

Tulisan ini saya awali dengan petikan sambutan dari salah satu menteri dalam acara cap go meh tahun 2012 yang sedikit saya improvisasi. Beliau menyebutkan bahwa pemimpin itu ibarat sebuah masinis, tidak peduli siapa pun yang masuk dalam gerbong kereta, masinis tetap menjalankan keretanya sampai ke tujuan, tidak peduli pedagang, orang kantor, pemain bola, tentara, politisi, dsb tetap diantarkan sampai ke tujuan. Selain itu, permasalahan yang menyertai dalam perjalanan kereta tentu berbagai macam dan bentuk, mulai orang yg kecelakaan karena tertabrak kereta, jatuh dari gerbong, sampai keterlambatan datang kereta. Ada orang yang bayar maupun tidak masinis tetap menjalankan keretanya sampai tujuan. Masinis kereta tetap konsisten akan mengantarkan siapapun yang masuk dalam  gerbong kereta agar sampai ke tujuan. Ironisnya, beberapa orang masih saja menyalahkan masinis sebagai satu-satunya biang dari permasalahan tersebut. Padahal aturan sudah jelas dan tatcara sudah gamblang disebutkan bagaimana melewati dan atau naik kereta.

Setiap organisasi tentu memiliki banyak dinamika, dan beliau mengatakan bahwa: “kalau tidak bisa membantu, mending tidak usah mencela lah”, beliau tegas mengatakan. Setiap orang tentu dibekali oleh ilmu dan pengetahuan yang sangat mulia oleh Alloh SWT agar digunakan sebaik-baiknya untuk kemslahatan dan keutamaan. Dan setiap orang tentu memiliki kelemahan, tidak ada manusia yang diciptakan sempurna. Kita sebagai Mahasiswa UGM yang terdidik dan terpelajar merupakan hasil seleksi dari sekian ribu siswa yang ingin masuk sebagai salah satu bagian dari Universitas terbaik di Indonesia ini. Tentu, dalam berpendapat di sebuah organisasi sudah dibekali tata-cara, etika, dan aturan yang jelas dan gamblang bagi rekan-rekan yang merasa terpelajar dan sangat mumpuni untuk menerangkan bagaimana domokrasi itu dibangun.

Bagi saya yang belum dibekali cukup ilmu tentang demokrasi dan tentang kedewasaan berorganisasi menjadi sangat tidak etis jika saya hanya kasak kusuk dibelakang tanpa ada tujuan yang jelas apa sih kontribusi saya buat organisasi ini. Semua ikut introspeksi, kata Stephen Covey “Jantung dari Lingkaran Pengaruh adalah kemampuan kita untuk membuat dan menjaga komitmen dan janji. Integritas kita dalam menjaga komitmen dan kemampuan membuat komitmen adalah perwujudan terjelas dari proaktivitas”. Dalam tulisan ini saya mengajak semua orang yang masih merasa memiliki dan mendapatkan manfaat dari organisasi ini, semoga setelah membaca tulisan saya, dapat meresapi apa makna dari tulisan yang saya buat buah dari kegelisahan saya terhadap sebagian orang yang masih merasa peduli dan mendapatkan manfaat dari organisasi ini. Mohon maaf jika tulisan ini belum sesuai kaidah penulisan yang benar. Namun, saya harap tulisan ini sudah mampu memberikan sentuhan bagi siapapun untuk tergerak, dan bertindak menjadikan organisasi ini semakin kuat. Bagi anggota yang baru merasakan injakan rumput di organisasi ini, aktiflah dalam kegiatan keanggotaan, komunitas, gugus, asbid, dan tim kerja. Bahkan sekarang TKP terbuka bagi anggota yang ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Bagi rekan-rekan yang duduk sebagai masinis dalam kereta, kita lanjutkan perjalanan ini agar organisasi ini jauh lebih baik. Tetap peduli terhadap apa pun yang menjadi bagian dari organisasi ini, tetap rendah hati, dan santun dalam bertindak dan berperilaku. Semoga Alloh SWT membalas kebaikan kita semua. Amin..

0 comments: