Di atas langit masih ada langit


Selamat pagi teman2, selamat menikmati hari yang penuh barokah di hari jumat ini.
Catatan saya kali ini akan sedikit membahas mengenai sekelumit kisah kehidupan yang berada di lingkungan yang saat ini saya tempati…
Ya orang-orang hebat memang terbentuk dengan situasi dan lingkungan yang menghebatkan dirinya. Kadang saya berfikir orang hebat itu adalah yang bisa tampil di televisi, Koran, radio, mengisi seminar2 besar dlll, pokoknya yang terlihat lah…
Namun, sekarang aku semakin tersadar bahwa tidak usah jauh-jauh kita harus memandang ternyata disekitar kita sudah bisa menjadi instrokpeksi bagi diri kita. Pertanyaan yang musti dijawab, “Sebenernya saat ini saya tumbuh tidak ya?” sudah berapa besar sih kontribusi ane buat Negara, ga usah deh lari ke Negara, buat keluarga sendiri, lingkungan sendiri, seberapa besar sih? Tanyakan ke rumput tetangga… heheheh
Cerita pertama adalah Ibu kita sendiri, ya Ibu adalah manusia hebat ke 2 yang saya kagumi setelah Nabi, ya Ibu saya adalah contoh nyata. Beliau hanya lulusan SD, terbiasa kerja keras sejak kecil, mulai membantu Bu Dhe nya di pasar, hingga akhirnya bisa punya kios sendiri. Mampu menyekolahkan anak2nya sampai ke perguruan tinggi, bisa membuatkan rumah kepada anaknya, investasi tanah, bahkan mendirikan PAUD. Pun beliau sudah berangkat ke Tanah suci di umurnya yang ke 32, bahkan insyaAllah akan menemani nenek saya untuk berangkat lagi di tahun 2015 dengan jerih payahnya sendiri. Pun masih mengurusi segudang organisasi dari tingkat RT, Dukuh, Kalurahan, hingga Kecamatan. Maklum istri kepala dusun (RW kalo di kota). Ya ibu saya adalah manusia luar biasa yang pertama… I Love U, Mom...
Manusia yang kedua adalah fulan1, ya dia yatim sejak 14 tahun dan berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhannya untuk sekolah dia, untuk kuliah di Perguruan Tinggi Negeri di Bogor, dan akhirnya saat ini dia sudah memiliki usaha yang cukup untuk dirinya dan semakin berkembang… insyaAllah…
Ketiga, fulan2 seorang sarjana s1 di UI, beliau tidak memilih untuk mengikuti kebanyakan orang yang kate die, “Jakarta Minded” ya itu istilah untuk para sarjana yang sudah menempuh gelar sarjana dan berkarir di perusahaan besar untuk memenuhi kebutuhan dirinya dan kejayaan perusahaanya.. entahlah, apakah mereka peduli terhadap pembangunan masyarakat? kalo kata Buya Hamka, “Kalo hanya hidup, kera di rimba juga hidup, kalo kerja hanya sekedar kerja, kerbau di sawah juga bekerja…” kembali ke temen ane yang satu ini, dia memilih kembali di Garut, membangun masyarakatnya agar sadar dengan pilihan politiknya, “pendidikan politik” dan dia memilih untuk berjualan kopi, meski guru2 dia dikampung sering menyindir dia… masak sarjana UI Cuma jualan kopi.. Adakah yang salah dengan berjualan? entah kenapa? but i am very respect for u guys... 
Keempat, fulana1… ya disaat para sarjana psikologi berkarir di berbagai macam institusi dan memiliki penghasilan yang gede, dia memilih untuk mengurusi yayasan anak berkebutuhan khusus, yang kendalanya sangat banyak… dan yang paling hebat, dia juga pengen melanjutkan s2 dan ketika ditanyaen, “emang mau jadi apa sampe kuliah s2? “ya, jadi ibu rumah tangga”.. Subhanallah… apakah terlalu banyak wanita yang tidak hidup dengan sejatinya wanita, sehingga hal yang sebenarnya fitrah, menjadi seakan2 luar biasa… guyonan apa lagi ini... Katanya  "aku gak mau dibodo2 in sama bos2 tu di perusahaan besar, ngapaen kalo sekolah tinggi2 hanya untuk di bodo2 en, lebih baik membantu orang untuk bebas dari masalahnya… “. Dia juga bilang  “kalo kamu bisa ngeliat pelan2 prosesnya sampai bisa mandiri dan berada di dalamnya, you must proud of yourself” tapi saya memilih untuk menjemput cita-cita ku….
Kelima, fulana2, mahasiswi d1 yang memiliki seeeeegudang permasalahan di umurnya yang baru menginjak 18 tahun… gak bayangin anak cewek, sebesar itu sudah dihadapkan situasi yang serba runyam dan serba gak tentu arah, (kate laguu), hehehe.  Tapi dia bisa menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya hingga bisa sampai wisuda d1, dan punya keinginan kuat untuk melanjutkan S1 di IPB, entah dari mana dia membayarnya… dan dia juga ingin memiliki sebuah yayasan yang menampung anak2 korban perceraian… Aku doakan Nak semoga cita2 mu tercapai… Aamiin3x
Ya itulah sedikit kisah yang bisa saya bagikan, ditengah kehidupan Jakarta yang padat dan macet.. itulah mengapa kita harus terus menengok angka Rpm di tubuh kita, “Mau sampe kapan, kita hanya bisa mengamati dan menarik inspirasi?” (tengok diri sendiri) ya, bertindaklah, sekecil apapun itu, tindakanmu akan dibalas oleh Yang Maha Membalas..
Dan, hidup ini terus berjalan… di atas langit, masih ada langit…


Mengenali siapa aku, Part 2 (habis)


Kemanakah Aku setelah hidup?
Melanjutkan kembali tulisan yang beberapa hari yang lalu aku tulis tentang 3 pertanyaan penting dalam hidup ini. Siapakah aku?, Untuk apa aku diciptakan? Dan kemanakah aku setelah hidup? Aku adalah makhluk Allah, aku diciptakan untuk beribadah dan menjadi khalifah, dan pertanyaan ketiga akan kita ulas dalam tulisan kali ini.
Kemanakah aku setelah hidup? Semua makhluk di dunia ini akan mengalami kematian. Jadi tujuan besar hidup ini adalah kematian. Namun, dibalik kematian itu ada kehidupan yang kekal yaitu kehidupan di akhirat kelak. Ya sebagai manusia, kita harus mengetahui benar tujuan hidup kita kelak. Allah sudah sangat detail berfirman dalam Al Quran, bahwa akan adanya hari akhir, hari penghitungan, dan hari keputusan dimana kita akan hidup kekal yaitu surga dan neraka.
Semua orang tentu mengharapkan mendapatkan surga di akhirat kelak. Namun, tidak semua orang sadar bahwa mendapatkan surga butuh perjuangan, butuh keikhlasan, butuh ridho Allah SWT. Tidak ada yang menjamin dan tidak ada yang memastikan kita sebagai manusia biasa, bukan nabi, bukan wali yang sudah dijanjikan masuk surganya Allah. Terus bagaimana usaha-usaha untuk mendapatkan ridho Allah tersebut?
Semua tentu punya rumus dan cara masing-masing dan yang paling menentukan adalah di akhir kehidupan kita. Bisa jadi, sekarang kita menjadi orang baik namun, kelak tidak tahu. Ataupun sebaliknya. Mudahnya adalah dengan membandingkan, ya dengan membandingkan kehidupan dan perjuangan orang-orang yang sudah dijamin masuk surga oleh Allah. Nha di titik kita saat ini, bagaimana jarak antara mereka dan kita,  yang bisa menjawab tentu masing-masing dari kita semua.
Dengan menjawab pertanyaan ketiga ini, kita senantiasa dituntut untuk berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Kita harus bisa memilih pilihan yang diridhoi Tuhan. Kita sadar bahwa selalu diawasi oleh Tuhan, dan kita tidak tahu persis, kapan kita akan dipanggil oleh Tuhan. Semua orang seharusnya sadar bahwa, ada kehidupan yang lebih kita cintai dibandingkan kehidupan dunia yang sifatnya sementara dan hanya sebentar dan isinya hanya senda gurau. Orang jawa bilang “Urip iku, mung koyo mampir ngombe” sebentar sekali dibandingkan kehidupan yang kekal abadi di akhirat kelak.
Oleh karena itu semua, mulai sekarang kita harus bisa membaca, Apa yang terjadi di negeri ini, berita-berita yang banyak muncul di layar televisi adalah karena tidak sadarnya banyak manusia di negeri ini, dan alangkah baiknya, dalam pertanyaan-pertanyaan form menjadi apapun profesi di negeri ini, dengan menjawab tiga pertanyaan besar dalam hidup ini, atau menulis essay dengan menjawab tiga pertanyaan ini. “Dari mana kita berasal? Untuk apa kita hidup? Dan kemanakah kita setelah hidup?”
Ya sebagai makhluk Allah, sebenarnya kita tinggal menjalani apa2 yang sudah diperintahkan Allah, meneladani junjungan kita, Nabi Muhammad SAW. Ibarat seorang prajurit kita tinggal “Sendiko dhawuh” apa yang sudah menjadi fitrah kita sebagai makhluk Allah. Karena hanya dengan itulah kita bisa menikmati surga di kehidupan akhirat yang kekal abadi.